PENENTUAN PRIORITAS PERBAIKAN DENGAN MENGINTEGRASIKAN METODE GREY FMEA DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : PT VARIA USAHA BETON)

Chatrine Lukys Zeniya Nurseha, 2011510100 (2018) PENENTUAN PRIORITAS PERBAIKAN DENGAN MENGINTEGRASIKAN METODE GREY FMEA DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : PT VARIA USAHA BETON). Undergraduate thesis, Universitas Internasional Semen Indonesia.

[img] Text (ABSTRAK)
5. ABSTRAK.pdf

Download (590kB)
[img] Text (DAFTAR ISI)
7. DAFTAR ISI.pdf

Download (531kB)
[img] Text (BAB I)
10. BAB I PENDAHULUAN.pdf

Download (983kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
15. DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (532kB)
[img] Text (FULLTEXT)
SKRIPSI - CHATRINELUKYS ZENIYA NURSEHA (2011510100).pdf
Restricted to Repository staff only

Download (16MB) | Request a copy
[img] Text (FULLTEXT DOC)
SKRIPSI - CHATRINE LUKYS ZENIYA NURSEHA (2011510100).docx
Restricted to Repository staff only

Download (3MB) | Request a copy

Abstract

PT Varia Usaha Beton merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi paving. Dari produk yang telah dibuat ditemukan beberapa produk yang mengalami kecacatan dalam proses produksinya. Sebelumnya sudah dilakukan penelitian terkait analisa risiko cacat produk paving di PT Varia Usaha Beton menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Namun penggunaan metode FMEA ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain memungkinkan terjadinya nilai yang sama pada total RPN. Selain itu penilaian variabel severity, occurance, dan detection diasumsikan memiliki tingkat kepentingan yang sama. Padahal pada kenyataannya memiliki tingkat kepentingan yang berbeda. Untuk mengatasi kelemahan dari metode FMEA konvensional, maka dilakukan penelitian dengan mengintegrasikan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan grey FMEA. Penggunaan metode AHP adalah untuk menentukan nilai pembobotan pada masing-masing variabel severity, occurance, dan detection. Sedangkan metode grey FMEA digunakan untuk menentukan urutan prioritas perbaikan pada proses produksi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai pembobotan masing-masing variabel severity, occurance, dan detection secara berturut-turut adalah 0,70; 0,08; dan 0,22. Hasil urutan prioritas perbaikan menggunakan metode Grey FMEA secara berturut-turut yaitu: kelebihan air, kekurangan air, takaran atau komposisi material yang tidak memenuhi standart, adonan tidak teraduk secara merata, kekurangan curing atau penyemprotan air, permukaan paving berlubang, pengambilan produk paving untuk dikirim terlalu cepat, dan ukuran paving tidak sesuai. Dari 8 mode kegagalan yang dibandingkan dengan menggunakan metode Grey FMEA dengan pembobotan dan FMEA konvensional, didapatkan hasil bahwa terdapat 7 perbedaan urutan prioritas perbaikan dan 1 ururan prioritas perbaikan yang sama, yaitu pada urutan ke 4 dengan mode kegagalan adonan tidak teraduk secara merata.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Additional Information: 80/KK.18/UISI-01/MR
Uncontrolled Keywords: Failure Mode and Effect Analysis, Grey FMEA, Analytic Hierarchy Process.
Contributors:
ContributionNameEmail
Thesis advisorStefanus Eko Wiratno, S.T., M.T.stefanus.wiratno@uisi.ac.id
Thesis advisorShanti Kartika Sari, S.T., M.S.shanti.sari@uisi.ac.id
Subjects: T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General)
Divisions: Department of Engineering Management
Depositing User: Mahasiswa UISI
Date Deposited: 25 Jun 2020 08:31
Last Modified: 27 Jul 2020 13:48
URI: https://repository.uisi.ac.id/id/eprint/239

Actions (login required)

View Item View Item